HD7.id - Di tengah derap kehidupan yang dipandang bebas, banyak orang tidak menyadari bahwa benang merah yang mengikat langkah-langkah mereka seringkali dipegang oleh orang lain.
Mulai dari pilihan pekerjaan yang ditentukan orang tua, hingga cara berpikir yang dibentuk oleh lingkaran sosial, kekuasaan orang lain beroperasi dengan cara yang seringkali tersembunyi.
Cerita seorang perempuan berusia 28 tahun, Siska (nama samaran), menjadi cerminan nyata.
"Saya selalu ingin menjadi seniman," katanya dalam wawancara di kedai kopi kecil di pusat kota.
Namun, tekanan dari ayahnya yang seorang dokter membuatnya memasuki fakultas kedokteran.
"Setiap kali saya melihat kanvas, hati saya terasa terjebak. Tapi saya takut mengecewakan dia," ujarnya dengan nada sedih.
Bukan hanya dalam pilihan karir, kontrol orang lain juga terlihat dalam aspek pribadi.
Penelitian dari Lembaga Survei Sosial Indonesia tahun 2024
Menunjukkan bahwa 62% responden mengakui bahwa mereka sering membuat keputusan pribadi (seperti memilih pasangan atau tempat tinggal)
Dengan mempertimbangkan pendapat orang terdekat, bahkan ketika itu bertentangan dengan keinginan mereka sendiri.
Dr. Rina Wijaya, ahli psikologi dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa kontrol semacam ini bisa bersifat tersembunyi.
"Biasanya tidak berupa perintah langsung, tapi lebih ke paksaan emosional atau harapan yang tinggi yang membuat orang merasa terikat. Mereka merasa harus memenuhi harapan orang lain untuk merasa diterima," katanya.
Namun, di balik kesulitan itu, ada juga cerita harapan. Andi (nama samaran), berusia 35 tahun, yang dulu bekerja di perusahaan keluarga,
Akhirnya memutuskan untuk mendirikan bisnis sendiri meskipun diinginkan ayahnya untuk melanjutkan warisan.
"Awalnya sulit, ayah tidak berbicara denganku selama seminggu. Tapi sekarang dia bangga dengan apa yang saya capai," katanya sambil tersenyum.
Kehidupan yang dikendalikan orang lain bukanlah takdir yang pasti. Ini adalah pilihan atau kadang-kadang ketidakmampuan untuk membuat pilihan yang bisa diubah.
Seperti yang dikatakan Siska, yang sekarang mulai mengambil kursus melukis di waktu luang:
"Saya tahu masih ada jalan untuk menemukan kebebasan saya. Tidak terlalu terlambat untuk memegang kendali atas hidup saya sendiri."
Editor : Reza

